Tidak lama setelah turun ke lapangan, masa suporter Arema dipukul mundur oleh aparat.
Kita bisa melihat agresivitas aparat melakukan pengamanan ini belum seberapa.
Tindakan pengamanan disusul dengan pukulan lain kepada masa tembakan gas air mata seperti yang tersebar di berbagai media sosial.
Tembakan itu membuat suporter panik dan mencari tempat paling aman untuk menghindar.
Situasi pun jadi keos, ini yang terjadi di dekat pintu keluar Stadion Kanjuruhan saat polisi luncurkan gas air mata.
Suporter dengan jumlah yang tidak sedikit berhimpitan dalam ruangan yang sempit.
Dari sini tragedi berujung tewasnya 125 orang, tembakan gas air mata membuat mereka sesak napas berdesak-desakan hingga terinjak-injak.
Pada tahun 1964 kerusuhan pecah di Stadion Nasional Peru bertepatan dengan laga kualifikasi Olimpiade antara Peru dan Argentina.