Lebih lanjut, dirinya khawatir jika tetap mengadakan pemilu dengan sistem proporsional tertutup akan dimanfaatkan oleh kader partai yang berjiwa oportunis, elitis dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik.
“Tertutupnya kompetisi antara sesama kader. Juga melahirkan para politisi yang lebih mengakar ke atas dari pada ke bawah,” lanjutnya.
Yanuar juga mengatakan bahwa menurutnya, orang yang mengusulkan sistem proporsional tertutup akan membawa musibah dan kecelakaan dalam demokrasi, jika Mahkamah Konstitusi (MK) mengesahkan sistem tersebut.
Hal tersebut diungkap oleh Yanuar, karena tak ingin kegairahan dan pertisipasi politik rakyat yang sudah terjadi melalui sistem pemilu porposional terbuka, hilang karena sistem pemilu tertutup.
“Kita semua sudah berinvestasi besar untuk menumbuhkan kegairahan dan pertisipasi politik rakyat, memperkuat hubungan timbal balik antara rakyat dan wakilnya, serta membangun budaya kompetisi yang masih terukur,” tandasnya.***