MEDIA TULUNGAGUNG - Pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Siamnjuntak kini kembali muncul dengan pernyataan yang mengejutkan.
Ia sempat hilang dari peredaran media dan dicari oleh sebagian publik.
Kamaruddin adalah salah satu pengacara yang dinilai berani dan lantang dalam pengawalan kasus kematian Brigadir J di rumah Ferdy Sambo.
Hilangnya sesaat sang pengacara Batak ini bukan tanpa sebab. Ia ternyata pergi ke Jambi untuk menemui orang tua Brigadir J memberikan informasi update perkembangan kasus kematian sang ajudan Ferdy Sambo.
Kini ia mengklaim bahwa ada keterlibatan oknum di DPR yang ikut mengawal kasus Ferdy Sambo agar mendapatkan keringanan hukuman.
Menurut Kamaruddin Siamnjuntak, ia mengantongi informasi tersebut dari seorang intelejen.
"Ada dugaan keterlibatan dari dewan, salah satu ketua komisi di dewan dimanfaatkan oleh Ferdy Sambo untuk melobi istana melalui salah satu kementerian yaitu kementerian sekretaris negara,” ungkap Kamaruddin, dikutip dari Teras Gorontalo.
Untuk itu, Kamaruddin Simanjuntak mendorong Presiden Jokowi untuk membentuk tim independen dalam penanganan kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
Lanjutnya, Kamarudin Simanjuntak mengatakan lobi tersebut berhasil atau tidak, ia belum mengetahuinya, tapi informasi intelejen tersebut itu digunakan dan anggota DPR tersebut melobi Kementerian yang lain.
Baca Juga: Wajib Kamu Tahu, Ini Penyebab BSU 2022 Tak Cair di Rekening, Pastikan 3 Hal Berikut!
“Berhasil apa tidak (lobi itu) saya tidak tahu. Tetapi yang jelas berdasarkan informasi intelijen itu digunakan, kan begitu. Ketua Komisi di DPR ini kemudian juga melobi Kementerian yang lain yang menterinya itu eks Polri," kata Kamaruddin.
Tak hanya itu, Kamaruddin mengatakan tim konektivitas atau tim independen perlu dalam perkara pembunuhan berencana Brigadir J karena mengungkap kasus ini secara terang benderang sesuai keinginan Presiden Jokowi tidak mudah.Sebab banyak pihak yang terlibat dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
“Karena saya sudah memahami perkara ini sejak awal, berdasarkan informasi-informasi dari intelijen saya yang menyatakan banyaknya keterlibatan para pihak mulai daripada Polres, Polda, Pidum Polri dan Propam kan begitu,” ujar Kamaruddin.
Kamaruddin menyayangkan karena Presiden Joko Widodo hanya berbicara 4 kali dan menyatakan transparansi, namun menurutnya hal tersebut tidak diindahkan.
“Tapi sayang yang dilakukan Presiden hanya berbicara 4 kali menyatakan buka seterang-terangnya, tetapi sayang permintaan pak presiden itu tidak dihiraukan atau tidak diindahkan oleh Polri begitulah kira-kira," kata dia menambahkan.”
Kamaruddin Simanjuntak mengungkit isi pelecehaan seksual terhadap Putri Candrawathi yang dituduhkan kepada kliennya Brigadir J.
Dia menilai isu pelecehan seksual sengaja dihembuskan oleh pihak yang ingin melindungi Ferdy Sambo dkk.
Kamaruddin menilai perjuangan ke depan untuk mendapatkan keadilan masih cukup panjang.
Pengacara Brigadir J ini menduga Ferdy Sambo telah memberikan dana ke sejumlah pihak.
Walaupun tak menyebut nama lembaga, Kamaruddin meminta pihak-pihak yang sebelumnya diduga telah menerima amplop dari pihak Ferdy Sambo diperiksa.
"Kan sudah ada LPSK yang mengakui disodorkan amplop dan ditolaknya. Nah bagaimana dengan lembaga yang lain? Ini hal serius, harus diperiksa," ujar Kamaruddin.
Dia menjelaskan awalnya disebut pelecehan disebut di Duren Tiga.
Kasus itu sempat naik ke penyidikan, kemudian dihentikan karena tidak ditemukan ada peristiwa tersebut di lokasi itu.
"Sekarang pindah ke Magelang. Itu sudah sangat jauh. Ini skenario baru lagi," jelasnya.
"Kalau dari Duren Tiga ke Duren Lima, mungkin masih masuk akal, bisa jadi karena salah hitung durennya," Kamaruddin menyindir.
Kamaruddin, terkait peristiwa di Magelang, awalnya muncul pernyataan pelecehan terjadi pada tanggal 4 Juli.
"Padahal pada saat itu Ibu Putri masih chat dengan adik Yosua, kirim foto Yosua sedang menyetrika baju, memuji-muji Yosua. Mana mungkin korban kekerasan seksual memuji-muji pelaku," ujarnya.
Kini muncul penyebutan kejadian pelecehan pada 7 Juli 2022. Dia kembali meragukannya.
"Karena pada saat itu, Yosua dicari-cari ibu Putri, bahkan disuruh ajudan cari dan panggil masuk ke kamar," jelasnya.
"Mereka bicara empat mata di dalam kamar selama sekitar 15 menit.
Apa mungkin kalau dilecehkan, masih mau bertemu dengan pelaku? Jelas itu hanya cerita rekayasa," tegas Kamaruddin.
Sementara Aktivis perempuan Irma Hutabarat mengungkap kesedihan terbesar orangtua terutama ibunda Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Diungkapkan Irma Hutabarat, ibu dari Brigadir Yosua sangat terpukul atas tudingan kepada anaknya sebagai pelaku pelecehan seksual.
"Anak sudah meninggal, tapi masih ada fitnah, tuduhan pelecehan seksual," kata Irma Hutabarat.
Dia menyebut, tudingan ini sangat menyakitkan hati seorang ibu, ketika anaknya sudah diambil nyawanya, tapi masih mendapat label negatif.
"Padahal kepolisian sudah menghentikan kasus dugaan pelecehan, tapi kok masih disebut-sebut oleh Komnas HAM? Inilah yang hingga kini membuat orangtua Yosua masih sangat bersedih," jelasnya.
Kematian Yosua saja sudah menjadi beban berat bagi seorang orangtua, terlebih pada ibu yang melahirkannya.
"Nyawa sudah diambil lewat pembunuhan berencana, tapi masih tega membuat fitnah seperti itu. Isu pelecehan ini sangat tidak masuk akal," ucapnya.***(Wawan Gobel/Teras Gorontalo)
Artikel ini pernah tayang dengan judul 'Ferdy Sambo Diduga Gunakan Anggota DPR untuk Lobby Istana, Kamaruddin Simanjuntak: Bocoran Intelejen'.