Network
MEDIA TULUNGAGUNG - Amerika Serikat menuding China akan terlibat dalam invasi RUsia terhadap Ukraina.
Hal tersebut dikarenakan Rusia memiliki hubungan yang unik dan menarik terhadap China.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan China memiliki pengaruh yang luar biasa dengan Rusia.
Baca Juga: Israel Tegaskan Sangsi Pada Rusia, Berlakukan Sepertia Negara Amerika Serikat
Hubungan antara Rusia dan China "berbeda dari hubungan yang kami, atau hampir semua negara lain di planet ini miliki dengan Rusia," kata Price kepada wartawan.
"Dengan mengingat hal itu, (China) dapat melakukan lebih dari yang mungkin dilakukan banyak negara lain untuk mengakhiri kekerasan yang tidak masuk akal ini, kebrutalan ini, pada perang pilihan yang direncanakan Putin," tambahnya, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Komentar itu muncul setelah laporan media muncul selama akhir pekan yang menunjukkan Rusia telah menjangkau China untuk bantuan ekonomi dan militer guna meningkatkan upaya perangnya di Ukraina. Rusia dan China telah membantah laporan tersebut.
Baca Juga: Makna Ritual Nyadran di Bulan Ruwah, Hormati Leluhur Hingga Tradisi Agung Menjelang Ramadhan
Price tidak berbicara langsung dengan klaim tersebut, yang mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, juga Gedung Putih dalam pembacaan pertemuan Sullivan dengan Yang.
Itu hanya mengatakan bahwa penasihat keamanan nasional AS "mengangkat berbagai masalah dalam hubungan AS-China, dengan diskusi substansial tentang" perang Ukraina.
Perang Rusia melawan Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menarik kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan di Moskow dan mendorong eksodus perusahaan global dari Rusia.
Baca Juga: Ritual Buang Sial dan Membuka Aura Rezeki Menurut Mbah Yadi, Begini Caranya
Setidaknya 596 warga sipil telah tewas dan 1.067 terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut PBB. Namun. pihaknya telah memperingatkan bahwa jumlah korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena belum dapat mengakses daerah-daerah yang meningkatkan permusuhan.
Sekitar 2,8 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.***
