MEDIA TULUNGAGUNG - Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur terus menyisakan berbagai polemik di masyarakat.
Aksi saling tuding pun terjadi di media sosial yang memunculkan narasi-narasi menyudutkan dalam kasus yang masih diselidiki ini.
Baru-baru ini yang mengejutkan adalah ketika Ade Armando mengeluarkan soal narasi pembelaan terhadap pihak Kepolisian yang dinilai sebagian orang sebagai pihak yang bersalah karena melanggar aturan FIFA.
Dosen UI itu yang juga sering mengeluarkan ujaran kontroversi di publik mencoba mengajak masyarakat dan suporter untuk obyektif.
Ade Armando menduga bahwa ada beberapa pihak yang sengaja menggiring agar pihak keamanan disebut sebagai biangnya.
Padahal menurutnya, pihak polisi sama sekali tak ada yang terbukti menghajar supporter arema dalam Tragedi di Satdion Kanjuruhan.
Video viral Ade Armando ini diunggah oleh akun Twitter @iPh** pada Selasa, 4 Oktober 2022.
Ade Armando yang mengenakan batik dalam video berbicara soal peran polisi di Tragedi Kanjuruhan Sabtu, 2 Oktober 2022 kemarin.
"Nampaknya ada upaya sengaja untuk mengarahkan telunjuk pada pihak kepolisian. Marilah kita bersifat objektif," ujarnya menjelaskan, dikutip dari Pikiran Rakyat.
"Apa sih yang dimaksud tindakan represif, pelanggaran profesionalisme, atau bahkan pelanggaran HAM yang dilakukan kepolisian," ucapnya lagi.
Baca Juga: Guru SMP Lesti Kejora Sebut Rizky Billar Bukan Imam yang Baik, Dapat Petunjuk dari Peristiwa Ini
Ia pun mempertanyakan apakah pihak kepolisian terbukti ada yang melakukan kekerasan saat Tragedi Kanjuruhan terjadi.
"Apakah polisi memukukuli supporter, menganiaya, menembaki para pendukung Arema?," ujar dia.
"Sama sekali tidak ada," tutur Dosen UI tersebut.
Terkait pernyataan terakhir yang dikeluarkan Ade Armando, netizen seluruh Indonesia kesal dengan perkataan tersebut.
Baca Juga: BSU Rp600.000 Kenapa Belum Cair Padahal Lolos Verifikasi, Ternyata Ini Penyebabnya, Simak di Sini!
Pasalnya, sudah jelas beredar video viral bahwa sejumlah oknum polisi terbukti melakukan kekerasan kepada para suporter.
"Halo Bos, Anda tidak tau kondisi sesungguhnya di dalam stadion. K*par*t," ucap akun @iPhy*.
"Setelah membunuh penonton sepakbola, kini mereka membayar sejumlah BuzzeRP untuk membelokkan akar masalah. Kurang ban**** apa lagi mereka," tutur akun @i**ank_chia.
"Jangan lewat video pak. Gimana kalau bapak datang langsung ke stadion dan ngomong gini di depan keluarga korban dan Aremania," ujar akun @r*oestama.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Dibentuk
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) dibentuk untuk melakukan investigasi intensif atas kejadian memalukan ini.
Dipimpin oleh Menko Polhukam, Mahfud MD, TGIPF akan bergerak cepat dengan beranggotakan dari berbagai unsur termasuk media.
"Untuk mengungkap kasus atau peristiwa Kanjuruhan yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 2022, maka pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF," katanya, dikutip dari Pikiran Rakyat, Senin, 3 Oktober 2022.
Mahfud MD pun menjelaskan bahwa Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tersebut akan dipimpin langsung oleh dirinya sendiri dengan beranggotakan sejumlah pihak terkait.
"(TGIPF) yang akan dipimpin langsung oleh Menko Polhukam," ujarnya.
"Yang nantinya akan terdiri dari pejabat atau perwakilan kementerian yang terkait. Kemudian organisasi profesi olahraga sepakbola, pengamat, akademisi, dan media massa," ucapnya, melanjutkan penjelasan.
Lebih lanjut, Mahfud MD turut membeberkan nama-nama anggota yang dimasukkan ke dalam Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
"Totalnya ada 13 orang, tiga orang pimpinan tim dan 10 orang sebagai anggota," tuturnya.
"Hasil investigasi dan rekomendasinya akan disampaikan kepada Presiden Jokowi. Nama-nama anggota tim sudah disampaikan kepada Presiden," katanya.
Adapun, beberapa anggota tersebut di antaranya adalah sebagai berikut ini,
- Ketua Tim: Menko Polhukam, Mahfud MD
- Wakil Ketua: Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali
- Sekertaris: Mantan Jampidum-Mantan Dep III Kemenko Polhukam, Dr. Nur Rochmad, S.H., M.H
Anggota Tim
- Prof. Dr. Rheinald Kasali (Akademisi UI)
- Prof. Dr. Sumaryanto (Rektor UNY)
- Akmal Sanjoyo (Harian Kompas)
- Nugroho Setiawan (Mantan Pengurus PSSI)
- Letjen TNI (Purn) Doni Monardo (Mantan Ketua BNPB)
- Letjen TNI (Purn) Dr. Suwarno S.IP., M. Sc (Waketum 1 KONI)
- Irjen Pol (Purn) Sri Handayani (Mantan Wakapolda Kalbar)
- Laode M Syarif S.H., LLM., Ph.D (Kemitraan)
- Kurniawan Dwi Yulianto (Mantan pemain timnas atau asisten pelatih Como).
Mahfud MD pun menerangkan bahwa rencananya, tim gabungan tersebut akan menyelesaikan pengusutan kasus kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
“Itu yang tugasnya kira-kira akan bisa diselesaikan dalam dua, tiga minggu ke depan," ujarnya.
Selain itu, dalam upaya penanganan kasus kerusuhan Kanjuruhan, Mahfud MD juga mengatakan bahwa Polri diminta untuk melakukan evaluasi.
"Polri juga diminta melakukan evaluasi penyelenggaraan keamanan di daerah setempat," ujarnya.
Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan bahwa Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat resmi dinonaktifkan.
Keputusan untuk menonaktifkan Kapolres Malang tersebut usai dilakukan analisa dan evaluasi dari tim investigasi yang dibentuk oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
"Malam ini, Kapolri mengambil satu keputusan, memutuskan untuk menonaktifkan sekaligus mengganti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat," ujar Dedi dikutip dari Antara News.
Keputusan tersebut tertuang dalam Surat Telegram Nomor ST 20 98 X KEP 2022.
Dalam hal ini Ferli dimutasi sebagai Perwira Menengah (Pamen) Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri.
Ferli digantikan oleh AKBP Putu Kholis Arya yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok Polda Metro Jaya.
"Ferli Hidayat dimutasikan sebagai Pamen SSDM Polri dan digantikan AKBP Kholis Arya," ujarnya.
Di sisi lain, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta juga menonaktifkan jabatan Komandan Batalyon (Banyon), Komandan Kompi (Danki) dan Komandan Peleton (Danton) Brigade Mobile (Brimob).
Nama-nama yang dinonaktifkan tersebut adalah AKBP Agus, AKP Hasdarman, Aiptu Solihin, Aiptu M Samsul, Aiptu Ari Dwiyanto, AKP Untung, AKP Danang, AKP Nanang, dan Aiptu Budi. Saat ini masih dalam proses pemeriksaan tim.
PSSI Lakukan Komunikasi dengan FIFA
Seperti diketahui, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mengatakan telah berkomunikasi dengan FIFA tentang kekisruhan fatal di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) telah berkomunikasi dengan PSSI pada pertandingan Liga 1 BRI antra Arema vs Persebaya yang menewaskan sedikitnya 129 orang pada Sabtu malam.
Namun, update terbaru hingga artikel ini tayang, korban tewas telah mencapai 174 orang dan 100 lainnya luka-luka menurut keterangan Emil Dardak, Wagub Jatim merujuk data BPBD.
Sekjen PSSI, Yunus Nusi mengatakan bahwa FIFA telah meminta laporan tentang insiden maut yang terjadi di kota Malang di tersebut dan tim PSSI telah dikirim ke lokasi untuk menyelidikinya.
Dunia telah mencatat, dalam hal ini berbagai media asing ikut menyoroti kejadian tragis itu sebagai bencana terburuk di dunia sepak bola.
"Kepanikan pada pertandingan sepak bola Indonesia Sabtu menewaskan 130 orang, yang sebagian besar terinjak hingga tewas setelah polisi menembakkan gas air mata untuk menghalau kerusuhan, menjadikannya salah satu acara olahraga paling mematikan di dunia. Kerusuhan pecah setelah pertandingan berakhir Sabtu malam dengan tuan rumah Arema FC Kota Malang Jawa Timur kalah dari Persebaya Surabaya 3-2. Kecewa setelah timnya kalah, ribuan suporter Arema yang dikenal dengan Aremania bereaksi dengan melemparkan botol dan benda lain ke arah pemain dan ofisial sepak bola," tulis media Devdiscourse, Minggu, 2 Oktober 2022.
Suporter membanjiri lapangan Stadion Kanjuruhan sebagai protes dan menuntut manajemen Arema menjelaskan mengapa setelah 23 tahun tak terkalahkan di kandang, pertandingan ini berakhir dengan kekalahan, menurut saksi mata.
Kerusuhan menyebar di luar stadion di mana setidaknya lima kendaraan polisi digulingkan dan dibakar di tengah kekacauan.
Polisi anti huru hara menanggapi dengan menembakkan gas air mata, termasuk ke arah seluruh tribun Stadion Kanjuruhan, menyebabkan kepanikan di antara kerumunan.
Meskipun, tindakan penyemprotan gas air mata dilarang di stadion sepak bola oleh FIFA.
Beberapa kehabisan nafas dan lainnya terinjak-injak ketika ratusan orang berlari ke pintu keluar dalam upaya menghindari gas air mata.
Dalam kekacauan itu, 34 orang tewas di stadion, termasuk dua ppolisi, dan beberapa laporan termasuk anak-anak di antara korban.
"Kami sudah melakukan tindakan pencegahan sebelum akhirnya menembakkan gas air mata karena (penggemar) mulai menyerang polisi, bertindak anarkis dan membakar kendaraan," kata Kapolres Jawa Timur, Nico Afinta dalam konferensi pers, Minggu pagi.
"Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mengobati luka-luka tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan dan selama perawatan," kata Nico.
Dia mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat karena banyak dari sekitar 180 orang terluka yang menerima perawatan intensif di berbagai rumah sakit memburuk.
PSSI telah menangguhkan liga sepak bola utama Liga 1 BRI tanpa batas waktu sehubungan dengan tragedi itu dan melarang Arema menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola untuk sisa musim ini.
Polisi dan tim penyelamat mengevakuasi korban luka dan membawa korban tewas ke ambulans.
Kerabat yang berduka menunggu informasi tentang orang yang mereka cintai di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang. Yang lain mencoba mengidentifikasi mayat yang dibaringkan di kamar mayat.***