MEDIA TULUNGAGUNG - Baru-baru ini Hotman Paris dikabarkan menerima persetujuan untuk menjadi kuasa hukum Ferdy Sambo.
Tak hanya itu, Hotman Paris juga menyampaikan alasan mengapa dirinya menerima tawaran tersebut.
Salah satu alasan tersebut yakni air mata mantan Kadiv Propam Polri yang membuat Hotman Paris mengatakan 'Iya' terhadap tawaran tersebut.
"Jujur saya sudah sempat bilang iya, dan harganya pun sudah disepakati. Tapi sebelum saya bilang iya, saya 3 hari nggak bisa tidur," kata Hotman Paris.
Namun, keputusan Hotman Paris untuk menjadi kuasa hukum Ferdy Sambo ditentang oleh sang istri dan anaknya.
"Begitu saya bilang sama istri, cerita, 'Nggak boleh!' katanya, istri saya begitu. Bener, istri saya langsung ngamuk 'nggak boleh!', pusing lagi, tidur lagi, nggak bisa tidur," ujar Hotman Paris.
"Begitu anak saya bangun, si Frank, saya mau ditunjuk pak Sambo, si Frank langsung ngamuk 'emang bapak kurang uang?!'," kata Hotman Paris.
"Istri marah, anak marah, di medsos jutaan orang minta saya jadi kuasanya Bharada E sama almarhum Brigadir J. Wah ini gimana yah, 3 hari saya pikir-pikir," tuturnya menambahkan.
Meski begitu, di satu sisi Hotman Paris merasa membela Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi tidak menyalahi profesinya sebagai pengacara.
"Tapi di satu pihak saya pikir pengacara itu kan, diadakan profesi pengacara itu bukan untuk membela orang yang benar-benar bersih," ucapnya.
"Pengacara itu ada untuk membela agar orang mendapatkan putusan sesuai perbuatannya, tidak harus, misalnya apakah ini pembunuhan berencana, apakah itu pembunuhan biasa," ujarnya.
"Kalau Sambo kan dia sudah mengakui bahwa dia memerintahkan penembakan, berarti sudah kena 338, pembunuhan biasa," tutur Hotman Paris menambahkan.
Dia pun mengaku sempat menerima tawaran Ferdy Sambo, bukan karena nominal uang yang ditawarkan.
"Saya waktu itu mau, akhirnya bukan karena saya tergoda uangnya, karena saya sudah dapat data dari tim kuasa hukumnya bahwa ada arahnya ke arah seolah-olah ini bukan berencana, spontan," ujar Hotman Paris.
"Karena apa? begitu si ibu PC pulang dari Magelang, cerita apa yang dialami di Magelang, menurut informasi dari tim itu hasil kesaksian dari para ajudan di BAP, ini BAP loh bukan hoaks, bahwa irjen Pol Sambo itu menangis," katanya.
"Kalau seorang Jenderal menangis, berarti ada kejadian yang dia dengar dari istrinya yang sangat menyakiti hatinya. Habis itu, nggak nyampe beberapa menit, disuruh panggil almarhum ke rumah dinas, terjadilah penembakan. Kurang dari 1 jam," tuturnya menambahkan.
Hotman Paris menuturkan bahwa kondisi Ferdy Sambo yang masih tersulut emosi saat menghabisi nyawa Brigadir J ini juga akan menjadi 'senjata utama' tim kuasa hukumnya.
"Masih tersulut emosi, itu nanti perhatiin deh, itu pasti dipake tim kuasa hukumnya sebagai pembelaan bahwa itu bukan pembunuhan berencana. Jaksa juga harus hati-hati," ucapnya.
"Memang sih ada satu lagi yang sedikit bertentangan dengan itu, waktu si ajudan Ricky disuruh 'mau nggak nembak nanti?' dia nggak mau tapi Bharada E mau waktu ditanya. Berarti kan dianggap itu perencanaan, tapi kan itu semua dianggap masih dalam keadaan emosi," tuturnya.
"Kan pembunuhan berencana itu kan, pembunuhan spontan itu kan dalam keadaan emosi, dan itu kurun waktunya masih singkat. Itulah nanti pasti menjadi utama dalam perkaranya Sambo," ujar Hotman Paris menambahkan.
Hal itulah yang membuatnya sempat mau menerima tawaran Ferdy Sambo untuk menangani kasus yang menjerat mantan Kadiv Propam Polri tersebut.
"Itulah makanya saya waktu itu sempat mau," kata Hotman Paris.
Artikel ini sebelumnya tayang di Pikiran Rakyat berjudul "Tangis Ferdy Sambo Sempat Buat Hotman Paris Luluh: Kalau Seorang Jenderal Menangis, Berarti...".*** (Eka Alisa Putri/Pikiran Rakyat)