Sering Berhubungan Seks Ternyata Tidak Membuat Bahagia, Begini Penjelasanya

- 29 Januari 2022, 11:52 WIB
Ilsutrasi - Kebanyakan orang yang melakuan Hubungan Seks yang seing dapat mengakibtakn tidak bahagia
Ilsutrasi - Kebanyakan orang yang melakuan Hubungan Seks yang seing dapat mengakibtakn tidak bahagia /PIXABAY/cuncon

MEDIA TULUNGAGUNG - Banyak anggapan bahwa seringnya berhubungan seks dapat membuat seseorang dengan pasanganya akan bahagia.

Namun, peneletian dari beberapa orang ini menemukan hal yang mengejutkan.

Pasalnya, anggapan tersebut telah dibantah. Faktanya, lebih banyak seks bahkan mungkin menghasilkan ketidakbahagiaan, George Leowenstein, seorang profesor ekonomi dan psikologi di Carnegie Mellon, dan rekan-rekannya melaporkan dalam makalah terbaru mereka.

Baca Juga: Kericuhan GMBI, Pakar Ungkap Proses Hingga Penindakan Tegas, Sebut Jangan Biarkan Pengrusakan Didepan Mata

Beberapa penelitian selama dekade terakhir telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa seks berhubungan langsung dengan kebahagiaan, sehingga lebih banyak seks berarti kebahagiaan yang lebih besar.

Satu studi bahkan menemukan bahwa mengubah jumlah seks yang Anda lakukan dari sebulan sekali menjadi seminggu sekali akan memberi Anda jumlah kebahagiaan yang sama dengan menerima tambahan US$50.000.

Namun, apa yang terlewatkan oleh studi ini dan apa yang menyebabkan beberapa kesalahpahaman tentang frekuensi dan kegembiraan seksual, kata Leowenstein baru-baru ini kepada The New York Times, adalah untuk menentukan elemen mana - seks atau kebahagiaan - yang menjadi penyebab dan mana yang merupakan akibat.

Tidak hanya itu, faktor lain selain jenis kelamin, seperti pendapatan, lokasi, atau usia, bisa menjadi pengukur yang lebih baik tentang apa yang membuat kita bahagia.

Baca Juga: Tangkap Ketua GMBI Hingga 11 Anggota Tersangka Kericuhan, Ibrahim: Pengembangan Aktor Intelektual

"Meskipun tampaknya masuk akal bahwa seks dapat memiliki efek menguntungkan pada kebahagiaan, sama masuk akalnya bahwa kebahagiaan mempengaruhi seks," tulis tim dalam makalah mereka. "...atau bahwa beberapa variabel ketiga, seperti kesehatan, mempengaruhi keduanya."

Halaman:

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Science Alert


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah