Network
MEDIA TULUNGAGUNG – Jagat media sosial kemarin dihebohkan usai postingan Instastory di Instagram pribadi dari Ketua BEM Universitas Udayana ramai diperbincangkan di Twitter dan sempat merebak ke trending topic dengan beragam tagar dari akun anonim yang diduga buzzer dengan hastag : #DarrylBikinMaluNegara, #DarrylMahasiswaMataDuitan dan #DarrylDwiPutraDropOut.
Darryl pun selaku Ketua BEM Universitas Udayana menanggapi tuduhan tersebut bahwa dirinya adalah provokator dan menolak G20. Berikut isi pernyataan Darryl menanggapi isu dan tuduhan tersebut melalui Instastroy Instagram pribadinya dikutip MEDIA TULUNGAGUN dari akun Instagram @darryldwid :
"Itu saya juga cukup kaget, karena di siang hari tadi tiba-tiba ramai (di media sosial, Red) dan memang saya duga akun-akun bodong, cuma memang awalnya muncul ketika saya membuat story Instagram untuk mempertanyakan terkait ruang demokrasi yang dipersempit selama G20," kata Darryl.
Darryl menegaskan bahwa ia tidak ada niatan melakukan provokasi, lantaran selama ini dirinya tak pernah menyatakan untuk menolak G20, namun kini namanya ramai disebut dengan tagar di Twitter hingga sempat jadi topik teratas di Indonesia.
"Iya memang saya tidak pernah menyebutkan saya mendukung atau menolak, tapi saya memang mengkritisi bagaimana ketika G20 ini berjalan, apa-apa saja yang menjadi permasalahan," ujar mahasiswa Bali tersebut.
Baca Juga: Son Heung Min Paksa Tampil di Piala Dunia Qatar 2022, Meski Sedang Cedera ?
Sementara yang ia maksud terkait mempersempit ruang demokrasi iaah salah satunya dengan pembubaran kelompok mahasiswa yang hendak melakukan jajak pendapat di Gedung Media Center Universitas Udayana Senin,14 November lalu.
Darryl menjelaskan, ia mulanya mengupload sebuah gambar yang diunggah lagi oleh akun milik Bangsa Mahasiswa, dalam story Instagram tersebut ia menambahkan sebuha pertanyaan soal tanggapan penonton mengenai ruang demokrasi yang terkekang, namun tak lama unggahan miliknya lenyap dengan sendirinya.
Ia menjelaskan lebih jauh, Ketua BEM perguruan tinggi tertua di Bali itu mengatakan bahwa organisasi lingkungan Greenpeace lah yang lebih dulu mengupload hal serupa ini dilakukan terkait krisis iklim yang terjadi.
