MEDIA TULUNGAGUNG - Kasus pelecehan pada anak dengan modus Grooming kian hari merebak
Oleh karena itu, istilah Child grooming atau pelecehan sekseual pada anak dengan modus grooming seringkali diperbincangkan.
Menurut Pusat Penelitian Kejahatan Terhadap Anak yang mengatakan 90% anak-anak yang mengalami pelecehan seksual mengenal pelakunya .
Pelaku pelecehan seksual ada di mana saja dan di mana saja.
Mereka adalah orang-orang biasa yang karismatik yang mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Mereka bisa menjadi anggota staf di sekolah anak Anda; mereka bisa menjadi pelatih atau instruktur musik anak Anda; mereka bisa berada di gereja Anda; mereka bisa menjadi pengasuh; mereka bisa menjadi anggota keluarga Anda sendiri.
Baca Juga: Fakta Mengejutkan Dibalik Sungai Aare Swiss, Tempat Hilangnya Eril Anak Ridwan Kamil
Namun, ada kesamaan yang dimiliki oleh hampir semua pelaku: mereka sering menggunakan perilaku tertentu untuk mendidik anak untuk dilecehkan.
Perilaku ini metodis, halus, bertahap, dan meningkat (artinya mereka meningkat seiring berjalannya waktu). Kami biasanya menyebutnya sebagai perilaku perawatan .
Berikut delapan tanda child grooming dikutip Mediatulungagung dari Educate Empower Kids:
Pelaku memberikan perhatian khusus kepada seorang anak dan membuatnya merasa istimewa
Pelaku cenderung mencoba memenangkan kasih sayang dari korban yang dituju dengan membagikan hal-hal yang anak suka. Misalnya:"Aku membawakanmu sekotak permen favoritmu."
Atau kepada remaja: “Kamu suka band itu? Itu band favorit saya. Saya bisa membelikanmu tiket untuk konser mereka.”
Baca Juga: Sebelum Meninggal, Syafii Maarif Titipkan 2 Pesan Pada Haedar Nashir, Begini Isinya
Setelah beberapa saat, pelaku mulai meminta sesuatu sebagai balasannya. “Sesuatu” ini dapat berupa tindakan seksual.
Pelaku mengisolasi anak dengan melibatkannya dalam aktivitas menyenangkan yang mengharuskan hanya berduaan saja
Pelaku hebat mendesain anak ke dalam situasi di mana mereka harus berganti pakaian atau menginap di rumah mereka.
Pelaku menyentuh anak di hadapanmu sehingga mereka berpikir bahwa kamu mengizinkannya
Tindakan ini mungkin sederhana seperti membelai lengan di bahu anak atau meminta pelukan saat mengucapkan selamat tinggal.
Waspadai reaksi anak terhadap sentuhan orang dewasa lainnya. Apakah anak kaku atau tampak tidak nyaman?
Juga, jangan pernah memaksa anak untuk menunjukkan kasih sayang kepada siapa pun ketika mereka tidak nyaman melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa kontak fisik yang dipaksakan boleh ditinggalkan.
Kontak fisik pertama antara pelaku dan korbannya sering kali bersifat nonseksual dan dirancang untuk membuat anak tidak peka.
Seringkali kontak fisik pertama dibuat kesan gesekan "tidak disengaja" seperti lengan di sekitar bahu, membelai rambut. Ajari anak bahwa setiap kontak fisik antara anak dan orang dewasa adalah sesuatu yang harus diwaspadai dan dipertanyakan.
Pelaku memanfaatkan keingintahuan alami seorang anak tentang seks dengan menceritakan lelucon “kotor” dan menunjukkan hal-hal pornografi
Jika anak mulai berbicara (tidak seperti biasanya) tentang seks dan hal-hal yang berkaitan dengannya, jangan pernah diabaikan karena itu bisa merupakan tanda bahwa bahwa ia sedang terkena child grooming.
Baca Juga: Kejadian Nahas Menimpa Anak RIdwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz Dilaporkan Hilang di Luar Negeri
Pelaku berakting menjadi pendengar yang simpatik ketika orang tua, teman, dan orang lain mengecewakan seorang anak
Pelaku pelecehan seksual sering menargetkan remaja yang memiliki masalah dengan keluarga atau dari teman sebayanya. “Orang tuamu tidak memahamimu, tapi aku mengerti.” “Aku tahu kamu kesepian. Aku juga dulu gitu pas berumur sepertimu.”
Sayangnya, anak-anak dari keluarga orang tua tunggal sering menjadi korban karena mereka dianggap rentan atau memiliki kekosongan yang perlu diisi.
Baca Juga: Profil Lengkap Syafii Maarif Cendekiawan dan Tokoh Nasional yang Meninggal Dunia hari ini
Pelaku sering kali mengatakan hal-hal seperti, “orang tuamu akan marah pada kita berdua jika mereka mengetahui apa yang kita lakukan.”
Untuk melecehkan anak dan meminimalkan rasa takut ketahuan, pelaku pelecehan seksual sering kali berbagi rahasia dengan korban. Korban dibuat percaya bahwa mereka dipercaya dengan sesuatu yang berharga.***