Soal Sulitnya Penanganan Kasus TBC, Dinkes Tulungagung Paparkan Alasannya

- 25 Desember 2022, 11:15 WIB
Ilustrasi Skrining TBC melalui X-Ray Mobile
Ilustrasi Skrining TBC melalui X-Ray Mobile /dok humas Sleman/

MEDIA TULUNGAGUNG – Tuberkulosis (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri, di Indonesia ada anggapan buruk mengenai hal itu.

Dinas Kesehatan Tulungagung, Jawa Timur mengungkan bahwa kasus TBC (tuberculosis) masih ada dan terus bermunculan.

Kasus ini terus bermunculan akibat banyaknya penderita yang enggan melanjutkan pengobatan karena menghindari stigma negatif dari lingkungan.

Baca Juga: Link Live Streaming Persikabo vs Persib Bandung di Liga 1 Indonesia, 24 Desember 2022 Pukul 18.00 WIB

"Menderita TBC, tetapi tidak mau dianggap TBC. Persepsi keliru ini yang secara tidak langsung dia menularkan kepada orang lain,” kata Kabid Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Didik Eka dikutip MEDIA TULUNGAGUNG dari laman ANTARA pada 25 Desember 2022.

Karena cap buruk TBC sebagai penyakit "kotor" dan menular ini yang membuat penderita menjadi kurang terbuka pada orang lain.

Akibatnya munculah keengganan masyarakat mengobatinya, atau pergi berobat, namun dilakukan secara sembunyi-sembunyi membuat penanganan tidak bisa optimal.

"Bakteri pada penderita TBC RO sudah kenal dengan antibiotik, sehingga untuk menyembuhkan butuh dosis dan biaya yang lebih besar," paparnya.

Baca Juga: Link Live Streaming Persik Kediri vs Persis Solo di Liga 1 Indonesia, 24 Desember 2022 Pukul 18.00 WIB

Perbedaannya, untuk penderita TBC biasa pengobatan biasanya memakan biaya sekitar Rp10 jutaan, sedangkan untuk TBC RO, untuk satu orang membutuhkan biaya Rp100 juta lebih.

Selain itu pengobatan TBC RO memakan waktu hingga satu tahun tanpa henti. Sedang TBC biasa cukup enam bulan.

Aktivis sosial penanggulangan TBC dari Yayasan Yabhysa, Malahayati, mengatakan pihaknya saat ini memiliki 60-an kader terlatih untuk mengedukasi masyarakat tentang TBC.

Stigma negatif pada pasien TBC lah yang menjadi kendala pencegahan penularan penyakit ini. Dia menyatakan penyakit ini bisa disembuhkan, asal pasien meminum obat secara rutin dan teratur.

"Kami membentuk kader di 32 Puskesmas," katanya. Dan apabila kader dimaksud menemukan suspek yang positif, maka berkewajiban untuk menjalani pengobatan sampai sembuh.

Baca Juga: Prediksi Skor Persikabo vs Persib Bandung di Liga 1 Indonesia , Beserta Perkiraan Line Up dan Rekor Pertemuan

Pihaknya juga melakukan investigasi kontak pasien. "Tugas kami juga melakukan membantu pemenuhan nutrisi bagi pasien TBC, dengan menggandeng pihak lain,” ujarnya.

Terkait adanya pasien sulit untuk diminta meminum obatnya, dia menjelaskan mayoritas disebabkan tidak adanya dukungan dari pihak kerabat terdekat yakni keluarga.

Alasan Kedua disebabkan karena lamanya waktu pengobatan yang sampai 6 bulan. Belum lagi jumlah obat yang diminum cukup banyak.

Ketiga efek samping dari pengobatan TBC. Pengobatan TBC acap kali sebabkan pasien mual dan muntah setelah minum obat.

"Itu tugas kami untuk menyempitkan angka pasien mangkir minum obat,” katanya.

Terakhir dirinya menegaskan bahwa TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan, dan bukan merupakan sebuah aib.***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x