Media Tulungagung - Jepang mengalami defisit perdagangan satu bulan terbesar dalam lebih dari delapan tahun di bulan Mei karena harga komoditas yang tinggi dan penurunan yen membengkakkan impor, mengaburkan prospek ekonomi negara itu.
Defisit perdagangan yang meningkat menggarisbawahi tantangan yang dihadapi ekonomi terbesar ketiga di dunia itu dari penurunan mata uang Yen dan melonjaknya biaya bahan bakar dan bahan baku, yang menjadi andalan produsen dalam negeri untuk produksi.
Impor melonjak 48,9 persen di tahun ini hingga Mei, data Kementerian Keuangan menunjukkan pada hari Kamis, 16 Juni 2022 di atas perkiraan pasar median untuk kenaikan 43,6 persen, seperti dilansir Media Tulungagung dari Today Online, Kamis, 16 Juni 2022.
Baca Juga: Seorang Wanita Ditolak Permohonannya Di Pengadilan Tinggi Malaysia Karena Ingin Murtad Dari Islam
Itu melampaui kenaikan ekspor tahun ke tahun sebesar 15,8 persen di bulan yang sama, menghasilkan defisit perdagangan 2,385 Triliun Ten (US$17,80 miliar), kemerosotan terbesar dalam satu bulan sejak Januari 2014.
"Pelemahan Yen merupakan faktor utama di balik kenaikan impor," kata Harumi Taguchi, ekonom utama di S&P Global Market Intelligence, Jepang.
"Tetapi akan ada jeda sebelum menguntungkan ekspor. Bahwa pengiriman AS dan China menghadapi kendala pasokan suku cadang dan penguncian ketat virus corona di China,” tambahnya.
Baca Juga: Kenalkan Arca Wajakensis Tulungagung Melalui Museum Goes To School, Disbudpar: Ada Danananya!