"Kepanikan pada pertandingan sepak bola Indonesia Sabtu menewaskan 130 orang, yang sebagian besar terinjak hingga tewas setelah polisi menembakkan gas air mata untuk menghalau kerusuhan, menjadikannya salah satu acara olahraga paling mematikan di dunia. Kerusuhan pecah setelah pertandingan berakhir Sabtu malam dengan tuan rumah Arema FC Kota Malang Jawa Timur kalah dari Persebaya Surabaya 3-2. Kecewa setelah timnya kalah, ribuan suporter Arema yang dikenal dengan Aremania bereaksi dengan melemparkan botol dan benda lain ke arah pemain dan ofisial sepak bola," tulis media Devdiscourse, Minggu, 2 Oktober 2022.
Suporter membanjiri lapangan Stadion Kanjuruhan sebagai protes dan menuntut manajemen Arema menjelaskan mengapa setelah 23 tahun tak terkalahkan di kandang, pertandingan ini berakhir dengan kekalahan, menurut saksi mata.
Kerusuhan menyebar di luar stadion di mana setidaknya lima kendaraan polisi digulingkan dan dibakar di tengah kekacauan.
Polisi anti huru hara menanggapi dengan menembakkan gas air mata, termasuk ke arah seluruh tribun Stadion Kanjuruhan, menyebabkan kepanikan di antara kerumunan.
Meskipun, tindakan penyemprotan gas air mata dilarang di stadion sepak bola oleh FIFA.
Beberapa kehabisan nafas dan lainnya terinjak-injak ketika ratusan orang berlari ke pintu keluar dalam upaya menghindari gas air mata.
Dalam kekacauan itu, 34 orang tewas di stadion, termasuk dua ppolisi, dan beberapa laporan termasuk anak-anak di antara korban.
"Kami sudah melakukan tindakan pencegahan sebelum akhirnya menembakkan gas air mata karena (penggemar) mulai menyerang polisi, bertindak anarkis dan membakar kendaraan," kata Kapolres Jawa Timur, Nico Afinta dalam konferensi pers, Minggu pagi.