Antara Konten dan Foto Tidak Sesuai, Anies Kuliahi Gratis Harian Kompas Soal Pilar Demokrasi dan Etika Media

10 September 2022, 12:00 WIB
Headline Harian Kompas pajang foto Anies /Instagram/@aniesbaswedan

MEDIA TULUNGAGUNG - Baru-baru ini berita yang dimuat Harian Kompas dalam rubrik politik dan hukum membuat heboh sebagian masyarakat.

Kehebohan tersebut bersumber dari isi konten berita Harian Kompas yang dinilai tidak singkron dan cenderung menyudutkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Dalam ulasan berita tersebut, Harian Kompas sesungguhnya membahas tentang 23 narapidana koruptor yang bulan ini dibebaskan bersyarat dari tahanan namun memajang foto Anies.

Baca Juga: Jadi Korban Framing Korupsi Harian Kompas, Anies Sebut Pilar Demokrasi, Netizen: Media Penguasa..

Berita tersebut dibuat Harian Kompas pada hari Kamis, 8 September 2022 dengan judul "Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa".

Merasa terkena korban framing buruk sola korupsi, Anies Baswedan pun memberikan beberapa wawasan kepada Harian Kompas soal pilar demokrasi dan etika bermedia.

 

Dari unggahan Instagram pribadinya @aniesbaswedan, Jumat, 9 September 2022 Anies mengatakan bahwa ia mendapatkan pesan soal berita tersebut pasca menghadiri undangan pemeriksaan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal Formula E.

"Kemarin, sehari sesudah memenuhi undangan KPK untuk memberikan keterangan terkait Formula-E, saya menerima banyak pesan memberitahukan ttg berita yg dimuat di Harian Kompas," tulis Anies Baswedan.

Baca Juga: Profil dan Biodata Sekdes Purworejo yang Viral Ketahuan Dugem dengan Mas-Mas Ditemani Miras, Agama, Usia...

Judul beritanya besar yakni Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa.

Isinya mayoritas ttg pembebasan bersyarat 23 narapidana tipikor.

Terdapat pula kolom berisi daftar napi tipikor yg dibebaskan.

Anies kemudian melihat berita tersebut menjadi aneh saat fotonya digunakan dalam berita tersebut.

"Yang aneh: yg terpampang adalah foto Gubernur DKI. Tidak ada hubungan dgn topik yg ditulis di dalam artikel. Di bagian akhir artikel terdapat tiga paragraf kecil ttg kedatangan Gubernur DKI ke KPK, yg juga tidak ada hubungan dgn topik beritanya," tulisnya.

Baca Juga: Sosok Pria Brewok Viral di TikTok, Bongkar Motif Ferdy Sambo Membunuh, Refly Harun Sebut Cerita Masuk Akal

Anies Baswedan menyebut bahwa media memang memiliki peran besar dalam membentuk opini publik.

Harusnya media memiliki tanggung jawab besar atas apa yang ia buat.

"Media memang memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi, opini dan perasaan pembacanya. Karena memiliki kekuatan besar inilah maka media harus memiliki tanggung jawab yg besar pula," lanjut Anies.

Baca Juga: Dibalik Suksesnya Ratu Elizabeth II, Ada Sosok Ayah yang Ternyata Memiliki Keterbatasan Oral di Depan Publik

Anies juga menegaskan, media sebagai pilar demokrasi bukannya tidak boleh berpihak.

Sebaliknya, ia justru harus berpihak, pada kebenaran, keadilan, dan objektivitas.

Tanggung jawab media memang berat, karena risiko dampak salah langkahnya pun besar.

Dari tulisan yang dibuat Harian Kompas, Anies menyebut bahwa pihak mereka tela memberikan klarifikasi atas kelalaian yan dibuat.

Baca Juga: Dibalik Kematian Ratu Elizabeth II, Ada Sosok yang Selalu Dikenang, Lady Diana, Inspirasi Dunia Film Hollywood

"Kemarin, beberapa pemimpin Kompas menjelaskan pada saya, bahwa penempatan foto itu adalah kelalaian, tak ada niat framing buruk. Memang disayangkan kesalahan mendasar seperti itu terjadi di media seperti Kompas yg pastinya memiliki mekanisme pengawasan berlapis,'' tulis Anies.

Harian Kompas kini telah menimpal framing yang dianggap salah oleh Anies Baswedan.

"Hari ini, Kompas memasang berita baru yg menjelaskan secara lebih objektif terkait kedatangan saya ke KPK. Kompas hari ini memberi contoh kepada Kompas kemarin ttg bagaimana sebuah berita seharusnya ditulis," tulisnya.

Berita kedua Harian Kompas soal Anies Baswedan Instagram/@aniesbaswedan

Baca Juga: Fakta Biografi Ratu Elizabeth II: Pemimpin 14 Negara Persemakmuran dari Usia 25 Tahun, Bersaudara dengan Nazi

Anies kemudian mencoba menjelaskan sejarah Harian Kompas saat Presiden Soekarno masih hidup.

"Dahulu, Kompas sebenarnya hendak diberi nama Bentara Rakyat. Namun Bung Karno memberi usul nama Kompas, karena kompas adalah penunjuk arah dan jalan,"

"Kita berharap, filosofi nama Kompas ini terus dijaga. Apabila sebuah kompas berfungsi baik, maka kita lancar dan selamat mengarungi perjalanan,"

"Apabila jarumnya terpengaruh oleh magnet (polar), maka ia tak lagi dapat menjadi penunjuk arah,"

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia, Pangeran Charles III Merenung Sambut Kepemimpinan Baru

Mantan Mendikbud itu lebih percaya pada penjelasan pemimpin Kompas dan tidak akan membawa hal tersebut di mana ia terkena framing ke Dewan Pers.

"Saya memilih mempercayai penjelasan pemimpin di Kompas dan, walau banyak yg menyarankan, saya memilih tidak membawa masalah ini kepada Dewan Pers. Namun, saya memilih tetap menyampaikan catatan ini pada publik agar bisa menjadi pengingat bagi kita semua dalam bernegara dan berdemokrasi," pungkas Anies Baswedan dalam unggahannya.

Beberpaa netizen pun ikut berkomentar dalam Instagram tersebut:

Baca Juga: Para Pemimpin Dunia Kenang Ratu Elizabeh II Setelah Dikabarkan Meninggal, Dari Joe Biden Hingga Vladimir Putin

"Innalaha ma’ana pak. Tetap semangat," tulis netizen chikif****

"MasyaAllah santun sekali walaupun disakiti," tulis netizen martib****

"Media punya nya penguasa," tulis netizen shan_****

"Demikianpun saya, beberapa kali media mainstream membuat judul berita menggunakan foto saya, tapi headlinenya kata2 buzzer," tulis netizen hil****

"Mantap pak gubernur, seandainya tidak bapak teliti mungkin akan lolos begitu saja. Jadi teringat statement pak Karno, pekerjaan wartawan adalah gawat. Sehat dan sukses selalu pak Anis," tulis netizen muhammad_andi_saputra_nas*****

Editor: Azizurrochim

Sumber: Instagram/@aniesbaswedan

Tags

Terkini

Terpopuler