Contoh ketika lewat seseorang yang dikenal, namun dia tidak menyapa, maka bisa timbul berbagai prasangka.
Prasangka ini kemudian bisa menimbulkan amarah dalam diri. Marah ini sebenarnya bukan karena dia tidak menyapa, namun karena tidak mampu mengendalikan gejolak nafsu.
Kalau bisa mengendalikan jiwa hingga informasi yang masuk ke pikiran adalah hal baik, maka bisa keluar prasangka baik.
Keluarlah prasangka seperti dia tidak menyapa mungkin karena buru-buru, sakit gigi atau prasangka baik lainnya.
Namun, jika terbiasa berprasangka buruk, maka bisa mengambil rumus nafsu lawannya taqwa.
"Ada orang yang tidak nyapa, lawannya nyapa. Jadi, kalo antum tidak disapa, antum yang nyapa," kata Ustadz Adi Hidayat.
Jika hal ini diterapkan, maka masalah akan selesai dan tak akan sampai pada timbulnya prasangka.
Hidup seperti ini pasti enak dan nyaman karena tidak ada prasangka yang membuat emosi.
Contoh lainnya adalah saat pulang ke rumah mendapati istri cemberut. Ingat rumusnya, cemberut lawannya senyum.