MEDIA TULUNGAGUNG - Jumlah bencana terkait cuaca telah meningkat lima kali lipat selama 50 tahun terakhir, menurut laporan terbaru Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), pada Rabu, 31 Agustus 2021.
Namun, berkat peningkatan sistem peringatan dini dan manajemen bencana, jumlah kematian akibat bahaya ini hampir tiga kali lebih sedikit.
Menurut WMO Atlas of Mortality and Economic Losses from Weather, Climate and Water Extremes (1970 - 2019), ada lebih dari 11.000 bencana yang dilaporkan secara global, dengan lebih dari dua juta kematian dan kerugian 3,64 triliun dolar AS.
Baca Juga: AS Cari Jalur Evakuasi Darat Untuk Warganya yang Tertinggal di Afghanistan
Dari tahun 1970 hingga 2019, bahaya cuaca, iklim dan air menyumbang 50 persen dari semua bencana, 74 persen dari semua kerugian ekonomi yang dilaporkan, dan 45 persen dari semua kematian yang dilaporkan, kata laporan itu. Lebih dari 91 persen kematian ini terjadi di negara berkembang.
Di antara 10 bahaya teratas yang menyebabkan hilangnya nyawa manusia terbesar selama periode ini adalah kekeringan, badai, banjir, dan suhu ekstrem.
Namun, jumlah kematian turun dari lebih dari 50.000 pada 1970-an menjadi kurang dari 20.000 pada 2010-an.
Baca Juga: Daftar Kejahatan AS dan Sekutu di Afghanistan yang Dibongkar China
Dalam hal kerugian ekonomi, tiga dari 10 bencana paling mahal terjadi pada tahun 2017, termasuk Badai Harvey, Maria dan Irma.
Tiga badai ini saja menyumbang 35 persen dari total kerugian ekonomi dari 10 bencana teratas secara global dari tahun 1970 hingga 2019.