Apa Itu Salju Darah atau Snow Blood? Fenomena Langka di Pegunungan Alpen yang Berujung Kekhawatiran Ilmuwan

- 23 Juni 2022, 10:25 WIB
Eric Marechal, peneliti di Cell and Plant Physiology Laboratory di CEA, memegang sampel yang dikumpulkan di salju ganggang Sanguina nivaloides, juga dikenal sebagai "darah salju", yang kehadirannya mempercepat pencairan salju di musim panas di Brevent di Chamonix, Prancis, 14 Juni, 2022.
Eric Marechal, peneliti di Cell and Plant Physiology Laboratory di CEA, memegang sampel yang dikumpulkan di salju ganggang Sanguina nivaloides, juga dikenal sebagai "darah salju", yang kehadirannya mempercepat pencairan salju di musim panas di Brevent di Chamonix, Prancis, 14 Juni, 2022. /REUTERS/Denis Balibouse

 

MEDIA TULUNGAGUNG - Para Ilmuwan dikagetkan dengan adanya fenomena misterius di kawasan gunung Alpen.

Pasalnya salju di wilayah tersebut kini tengah menunjukan bercak warna merah yang disebut sebagai salju darah atau snow blood.

Fenomena mistrius ini tengah membuat khawatir oleh para ilmuwan.

Baca Juga: Fenomena Langka! Salju di Pegunungan Alpen Berubah Jadi Darah, Buat Para Ilmuwan Dunia Khawatir

untuk mengetahui apa itu salju darah atau Snow Blood dapat anda simak melalui artikel ini.

Berdiri di lereng gunung bersalju sekitar 2,5 kilometer (1,5 mil) di atas permukaan laut, Eric Marechal mengangkat tabung reaksi berwarna merah tua yang berisi "darah salju".

Lapisan salju yang menampakn bercak merah diketahui oleh Marechall saat dirinya mengankat tabung reaksi yang berwarna merah tua.

Baca Juga: Fenomena Langka! Salju di Pegunungan Alpen Berubah Jadi Darah, Buat Para Ilmuwan Dunia Khawatir

"Ganggang ini berwarna hijau. Tetapi ketika berada di salju, ia mengumpulkan sedikit pigmen seperti tabir surya untuk melindungi dirinya sendiri," kata Marechal, direktur penelitian di Pusat Nasional Penelitian Ilmiah Grenoble, yang mengumpulkan sampel laboratorium di gunung Le Brevent bersama rekan satu timnya.

Di sekitar kakinya, terlihat bercak-bercak salju merah berkilauan diterpa sinar matahari.

Ganggang pertama kali dijelaskan oleh Aristoteles pada abad ketiga SM. Namun baru diidentifikasi secara resmi dan diberi nama latin Sanguina nivaloides pada 2019.

Baca Juga: Ternyata Vaksin Tak Efektif pada Omicron Jika Tak Lakukan ini, Begini Penjelasanya

Para ilmuwan sekarang berlomba untuk memahaminya dengan lebih baik sebelum terlambat, dengan volume salju turun karena meningkatnya suhu global yang menghantam Pegunungan Alpen secara tidak proporsional.

"Ada alasan ganda" untuk mempelajari alga, jelas Marechal. “Yang pertama adalah wilayah yang sedikit dieksplorasi dan yang kedua adalah area yang sedikit dieksplorasi ini mencair di depan mata kita, jadi ini mendesak,” katanya.

Beberapa ilmuwan, termasuk Alberto Amato, seorang peneliti rekayasa genetika di CEA Center de Grenoble, mengatakan volume ganggang tampaknya tumbuh karena perubahan iklim, dengan konsentrasi karbon dioksida yang lebih tinggi di atmosfer mendukung mekar.

Baca Juga: Watak dan Sifat Weton Kamis Menurut Primbon Jawa, Neptu 15 Paling Banyak Disukai Orang

Penelitian sedang berlangsung dan yang pasti adalah bahwa kehadiran alga mempercepat pencairan salju, karena pigmen alga mengurangi kemampuannya untuk memantulkan panas matahari.

Ganggang lain, termasuk varietas ungu dan jelaga dari kebakaran hutan, memiliki efek yang sama. Jika ganggang menyebar, salju dan gletser yang mencair di seluruh dunia bisa semakin cepat.

"Semakin hangat, semakin banyak alga dan semakin cepat salju mencair," kata Amato. "Ini adalah lingkaran setan dan kami mencoba memahami semua mekanisme untuk memahami lingkaran ini sehingga kami dapat mencoba melakukan sesuatu tentang hal itu."***

Editor: Zaris Nur Imami

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x