Media Tulungagung – Media Asing, Bloomberg menyoroti kepergian Presiden RI, Joko Widodo yang akan bertolak ke Rusia dan Ukraina.
Tujuan Jokowi ke kedua negara konflik tersebut untuk mendorong perdamaian dan membahas krisis pangan global yang sebagian disebabkan perang.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Jokowi menjadi pemimpin Asia pertama yang mengunjungi negara-negara tersebut sejak perang dimulai.
Baca Juga: Anggota Parlemen Malaysia Sesalkan Putusan Mahkamah Agung yang Bebaskan Pembunuh TKI Adelina Lisao
Kunjungan tersebut akan dilakukan setelah ia menghadiri pertemuan Kelompok Tujuh (G7) di Jerman pada 26-28 Juni.
“Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, daripada memilih diam,” kata Retno Marsudi dalam konferensi pers, seperti dilansir Media Tulungagung dari Blommberg, Minggu, 26 Juni 2022.
“Dia berencana untuk membahas krisis pangan global dan upaya perdamaian selama kunjungan,” tambahnya.
Indonesia sebagai tuan rumah G-20 tahun ini akan menjadi ajang pertemuan potensial antara Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy setelah Jokowi mengundang keduanya untuk menghadiri KTT November di Bali.
Gerakan Non-Blok
Di Indonesia kenaikan harga pangan telah menurunkan popularitas Jokowi mendorongnya untuk menggantikan menteri perdagangan dan agraria setelah serangkaian kebijakan putar balik gagal untuk memperbaiki kekurangan minyak goreng dan bahan makanan lainnya.
Negara-negara Asia Tenggara telah bergerak untuk mengekang kenaikan biaya makanan yang sebagian didorong oleh perang di Ukraina dengan larangan ekspor dan subsidi.
Baca Juga: Cara Membuat Tongseng Kambing, Resep yang Cocok untuk Sajian Saat Hari Raya Idul Adha 2022
Malaysia telah melarang sebagian ekspor ayam, sementara Indonesia menghentikan sementara pengiriman minyak nabati pada bulan April dan Mei.
Singapura mengumumkan paket S$1,5 miliar (US$1,1 miliar) minggu ini untuk melindungi rumah tangga berpenghasilan rendah dari lonjakan biaya hidup.
Langkah Jokowi untuk terlibat dengan Putin dan Zelenskiy patut dicatat mengingat Indonesia telah menahan diri untuk tidak secara langsung mengkritik Rusia dan menolak seruan Ukraina untuk bantuan senjata.
Baca Juga: Cara Membuat Sop Kambing Pedas, Resep yang Cocok untuk Sajian Saat Hari Raya Idul Adha 2022
Indonesia adalah anggota pendiri gerakan non-blok, sekelompok negara yang tidak secara resmi bersekutu dengan blok besar mana pun selama Perang Dingin.
“Perjalanan tersebut memiliki potensi bagi Indonesia untuk kembali ke posisi lamanya yang sedikit lebih aktif daripada yang selama ini lebih pasif, netral, tidak memihak,” kata Marty Natalegawa, mantan Menlu 2009-2014.
“Ada potensi bagi Indonesia untuk kembali ke orientasi tradisionalnya untuk mencoba membangun jembatan dan berusaha menjadi bagian dari solusi,” pungkasnya.***