Terungkap! Inilah Alasan Mengapa Soekarno Memilih Tanggal 17 Agustus Sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia!

11 Agustus 2022, 17:52 WIB
Ilustrasi teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Ir. Soekarno pada 17 Agustus 1945. /Kolase foto Dok. Arsip Nasional RI/

MEDIA TULUNGAGUNG - Tinggal menunggu beberapa saat lagi seluruh warga Indonesia akan dihadapkan dengan sejarah besar.

Sejarah besar ini ditandai dengan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan.

Teks proklamasi tersebut ditanda tangani oleh Soekarno dan Muhammad Hatta.

Peristiwa bersejarah ini kerap kita sebut sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia kerap diingat setiap tahunnya pada 17 Agustus.

Baca Juga: Mengungkap Sejarah Proklamasi Kemerdekaan, Berawal dari Upaya Sekutu Menjatuhkan Bom Atom di Kota Hiroshima

Teks proklmasi dibacakan pada 17 Agustus 1945 di alan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, pada pukul 10.00 WIB.

Dibalik pembacaan teks proklamasi tersebut menyimpan banyak sejarah yang luar biasa.

Sudah sepatutnya kita sebagai bangsa Indonesia mengenal lebih dalam perjalanan para pahlawan dalam merebut kata merdeka.

Apakah kamu pernah bertanya-tanya mengapa Hari Kemerdekaan Indonesia ditentukan pada 17 Agustus?

Baca Juga: 12 Hari Besar Nasional dan Internasional Pada Agustus 2022, Ada dari Hari Kemerdekaan hingga Ulang Tahun ASEAN

Inilah hal yang diungkap Soekarno jelang detik-detik proklamasi hari Kemerdekaan Indonesia terkait angka 17 Agustus.

Berikut mistik 17 Agustus yang dipilih sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia, yang terungkap dibalik detik-detik proklamasi.

Sebelum proklamasi Hari Kemerdekaan Indonesia ditentukan pada 17 Agustus, sausana ketegangan hingga perdebatan kencang sudah terjadi dua hari sebelumnya, tepatnya pada 15 Agustus 1945.

Sekitar pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, tempat kediaman Soekarno atau Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi (1984:58); Ahmad Soebardjo (1978:85-87) sebagai berikut:

Baca Juga: 20 Rekomendasi Lomba Menarik untuk Perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus untuk Anak-anak hingga Dewasa

"... Sekarang Bung, sekarang…! malam ini juga kita kobarkan revolusi…! kata Chaerul Saleh meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota untuk mengusir tentara Jepang..."

“Kita harus segera merebut kekuasaan ! tukas Sukarni berapi-api. Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami... ! seru mereka bersahutan.

Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ... Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari.

Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !.

Baca Juga: Berikut 15 Link Twibbon Keren untuk Sambut Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-77 di Media Sosial

Melihat itu, Hatta pun memperingatkan Wikana: Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?.

Namun, para pemuda terus mendesak: Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam Perang Sucinya !. Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?.

Soekarno yang amarahnya mulai mereda, dengan lirih berkata: kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya?.Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu?. Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak?.

Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri. Bung Karno menjawab dengan tenang.

Baca Juga: Contoh Puisi Pembangkit Semangat Kemerdekaan, Dapat Dijadikan Sebagai Rekomendasi Lomba 17 Agustus

Namun, para pemuda bersikukuh dan tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, Soekarno-Hatta tetap pada pendiriannya semula.

Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, dan harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding.

Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.

Hatta pun menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta.

Baca Juga: Contoh Puisi Pembangkit Semangat Kemerdekaan, Dapat Dijadikan Sebagai Rekomendasi Lomba 17 Agustus

Mendengar penjelasan Hatta, para pemuda tidak puas dan mengambil kesimpulan yang menyimpang, menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.

Sekelompok pemuda akhirnya membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, pada Kamis, 16 Agustus 1945 pukul 04.00 dinihari. Sudah tentu, Seokarno kecewa dengan aksi penculikan itu, sebagaimana dikemukakan Lasmidjah Hardi (1984:60).

Bung Karno bahkan marah, karena para pemuda tidak mau mendengarkan pertimbangannya yang sehat. Mereka menganggap, perbuatannya itu sebagai tindakan patriotik. Namun karena keadaan dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan.

Saat itu, istri Bung Karno yakni Fatmawati beserta anaknya, Guntur yang belum berumur satu tahun, dibawa ikut serta ke Rengasdengklok, kota kecil dekat Karawang.

Baca Juga: Berikut 15 Link Twibbon Keren untuk Sambut Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-77 di Media Sosial

Kota itu dipilih para pemuda untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan perhitungan militer, antara anggota PETA (Pembela Tanah Air) Daidan Purwakarta dengan Daidan Jakarta telah terjalin hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama-sama.

Bukan hanya itu, Rengasdengklok yang letaknya terpencil sekitar 15 km dari Kedunggede Karawang, mudah terdeteksi dari setiap gerakan tentara Jepang yang mendekati Rengasdengklok dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah.

Sehari penuh, Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Para pemuda bermaksud menekan keduanya, supaya segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan dan terlepas dari segala kaitan dengan Jepang.

Namun upaya para pemuda rupanya tidak membuahkan hasil. Baik Seokarno dan Hatta yang memiliki wibawa cukup besar, ternyata para pemuda segan untuk melakukan penekanan terhadap keduanya.

Baca Juga: Kumpulan 10 Quotes Pembangit Semangat Anak Muda Tema Kemerdekaan Indonesia Cocok untuk Status Media Sosial

Sukarni dan kawan-kawannya, hanya dapat mendesak Soekarno-Hatta untuk menyatakan proklamasi secepatnya, seperti yang telah direncanakan oleh para pemuda di Jakarta.

Soekarno-Hatta tidak mau didesak begitu saja, tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana mereka sendiri. Sampai akhirnya sebuah perdebatan panas kembali terjadi, di sebuah pondok bambu berbentuk panggung di tengah persawahan Rengasdengklok.

Siang itu, perdabatan panas berlangsung antara para pemuda dengan Bung Karno dan Bung Hatta: Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu....

Lalu apa ? teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala dan membuat semua terkejut hingga tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara.

Baca Juga: Kumpulan Puisi Kemerdekaan Cocok Dibacakan untuk Memperingati 17 Agustus Mendatang!

Namun Bung Karno akhirnya kembali duduk, setelah suasana kembali tenang. Dengan suara rendah ia mulai berbicara: Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17”.

Soekarno pun menjelaskan mengapa justru diambil tanggal 17 setelah diberondong pertanyaan Sukarmi: Mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ? tanya Sukarni.

Di Sinilah Bung Karno menjawab mengapa memilih tanggal 17 Agustus untuk memproklamasikan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci.

Baca Juga: Kumpulan Quotes Tema Kemerdekaan dari Tokoh Indonesia, Bisa Dijakan Status di Media Sosial

Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat Legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat. Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia .

Demikianlah antara lain dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984:61).

Sebelumnya artikel ini tayang di KABAR BANTEN berjudul "Mengungkap Mistik 17 Agustus, Angka Suci Hari Kemerdekaan Indonesia, Kisah Dibalik Detik-Detik Proklamasi".*** (Yadi Jayasantika/Kabar Banten)

Editor: Nadia Fairuz Azzahro

Sumber: Kabar Banten

Tags

Terkini

Terpopuler