NATO Prediksi Perang Rusia dan Ukraina Akan Berakhir Begini

- 26 Juni 2022, 14:39 WIB
Ilustrasi tentara Ukraina lari terbirit-birit meninggalkan amunisi bantuan NATO dan meninggalkan mayat temannya, pada perang Rusia Ukraina.
Ilustrasi tentara Ukraina lari terbirit-birit meninggalkan amunisi bantuan NATO dan meninggalkan mayat temannya, pada perang Rusia Ukraina. /Pixabay/Defence-Imagery/

 

Media Tulungagung - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan konflik antara Rusia dan Ukraina mungkin akan berakhir dengan penyelesaian yang dirundingkan.

Meski demikian, tetapi itu tidak berarti Barat harus berhenti mengirim senjata ke Ukraina atau mengurangi tekanan sanksi terhadap Rusia.

“Kemungkinan besar, perang ini akan berakhir di meja perundingan, dan kemenangan militer tidak akan terjadi” kata Stoltenberg, seperti dilansir Media Tulungagung, Minggu, 26 Juni 2022.

Baca Juga: Cara Membuat Bakso, Resep Olahan Daging Sapi Hari Raya Idul Adha Anti Gagal, Kenyal dan Lembut

"Tanggung jawab kami adalah memastikan bahwa Ukraina berada dalam posisi terkuat dan membantunya tetap menjadi negara Eropa yang berdaulat dan independen," katanya.

Cara terbaik untuk memperkuat posisi Ukraina menjelang pembicaraan dengan Rusia adalah memberikan dukungan militer yang kuat, dukungan ekonomi dan mendorong melalui sanksi keras terhadap Rusia," tambah Sekjend NATO itu.

Namun, dia menolak untuk mengatakan kapan negosiasi antara Rusia dan Ukraina bisa dilakukan.

Baca Juga: Cara Membuat Bakso, Resep Olahan Daging Sapi Hari Raya Idul Adha Anti Gagal, Kenyal dan Lembut

“Kedamaian selalu bisa dicapai jika Anda menyerah. Tetapi Ukraina berjuang untuk kebebasannya, untuk haknya untuk hidup, untuk hak untuk menjadi negara demokratis tanpa tunduk pada kekuasaan Rusia. Dan Ukraina siap membayar harga yang sangat tinggi, mengorbankan diri mereka untuk nilai-nilai ini. Bukan tugas kami untuk memberi tahu mereka seberapa jauh pengorbanan mereka harus dilakukan,” kata Stoltenberg.

Ketika ditanya apakah mempersenjatai Ukraina oleh Barat memicu konflik dan meningkatkan korban jiwa di Ukraina, kepala NATO itu menjawab bahwa “kami membantu mereka karena mereka memintanya.”

“Sepanjang sejarah kita telah melihat negara-negara bersedia menerima pengorbanan besar untuk kebebasan,” tambahnya.

Baca Juga: Setelah Videonya Viral Rendahkan Tukang Bakso, Megawati Tertangkap Kamera Mukbang Bakso Bersama Puan

Stolteneng juga mencatat bahwa meskipun persenjataan disediakan ke Ukraina oleh AS dan UE, tidak ada perang total antara NATO dan Rusia.

Rusia telah berulang kali memperingatkan pengiriman senjata asing ke Ukraina, dengan alasan bahwa mereka hanya akan memperpanjang pertempuran dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO.

Pada bulan April, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menggambarkan konflik di Ukraina sebagai perang proxy yang dilakukan oleh aliansi militer pimpinan AS melawan Rusia.

Baca Juga: Viral Potongan Pidato Megawati Rendahkan Tukang Bakso, Pria Ini Malah Pamer Penghasilannya Tiap Bulan

Delegasi Rusia dan Ukraina dari berbagai tingkatan mengadakan beberapa putaran negosiasi damai tak lama setelah pecahnya pertempuran. Tetapi tidak ada pertemuan tatap muka antara kedua belah pihak sejak akhir Maret, ketika mereka bertemu di Istanbul.

Rusia pada awalnya optimis tentang hasil pembicaraan di Turki, tetapi kemudian menuduh Ukraina mundur dari kesepakatan yang telah dicapai di sana, menyatakan telah kehilangan semua kepercayaan pada negosiator Ukraina.

Rusia menyerang Ukraina menyusul kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.

Baca Juga: Kabar Baik! Polisi Akan Bagikan Secara Gratis SIM dan Helm untuk Masyarakat, Ini Jadwal dan Lokasinya

Protokol yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Ukraina menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.***

Editor: Azizurrochim

Sumber: RT News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini